Rangkong Sulawesi ( Aceros cassidix)

RANGKONG TERCANTIK

Rangkong Sulawesi memiliki tubuh dan sayapnya berwarna hitam, ekor putih, memiliki sebuah tanduk yang besar diatas paruh,warna merah pada jantan dan kuning pada betina. Paruh berwarna kuning, memiliki kantung biru pada tenggorokkan dengan sebuah garis gelap melintanginya. Leher sang jantan berwarna kuning-jingga, sedangkan betina lehernya tetap berwarna hitam, warna leher dari anak rangkong yang baru keluar dari sarangnya, berwarna kekunigan seperti bapaknya. Leher itu akan berubah menjadi hita, atau semakin kuning – jingga tergantung jenis kelaminnya.

Penganut Paham Monogami

Rangkong Sulawesi (Aceros cassidix) berpaasangan hanya dengan satu pasangan seumur hidupnya. Pasangan rangkong memilik sarang sendiri – sendiri bersama anaknya. Selama masa bereproduksi, sang ajantan dengan setia bolak – balik ke sarang memeberi ransum makanan untuk betina yang setia di dalam lubang. Pada masa tidak bereproduksi, mereka selalu berpasangan walau seringkali bergerombol dengan teman – temanya di pohon.

Kepakan Yang Menggelegar

Burung ini merupakan burung terbesar diantar 54 jenis rangkong yang lain di daerah tropis Asia dan Afrika. Burung ini memiliki bobot tubuh sekitar 2,5 kg denagan rentang sayap mencapai 1 m. Kepakan syapnya ketika akan terbang seperti suara helikopter yang lepas landas, dan ketika gliding atau mendarat menimbulkan suara gemuruh yang khas seperti pesawt tempur. ketika terbang bunyi sayapnya dapat terdenagr sampai 300 meter.

Penjelajah Ulung dan Pemencar Biji

Saat tidak berproduksi, rangkong dapat berkelana mencari makan rata- rata 10,5 km per hari, bahkan ada yang mencapai jarak 30 km. Daerah jelajahnya juga bervariasi antara 39,8 sampai 55,8 km. Saat itu pula, rangkong ‘melaksanakan’ tugasnya sebagai penyebar benih.

Biji dari buah yang dimakan rangkong tidak hancur. Hal itu memungkinkan bijij dapat disebarkan cukup jauh dari induknya. Jika rangkong sudah mulai mengepakkan sayapnya lalu meluncurkan menyusuri hutan, maka bijij dari buah yang dimakannya akan disebarkan cukup jauh dari induknya. Sehinnga regenerasi dan reforestasi hutan dapat berjalan secar ilmiah.

Meskipun statusnya adalah satwa yang dilindungi masih banyak perburuan yang dilakukan, baik untuk dimakan ataupun asesoris. Kepala dan bulu rangkong pun banyak digunakan sebagai asesoris tarian khas Sulawesi Utara.

Hal itu bisa mengganggu jumlah populasinya di alam, So..tentunya sudah kewajiban kita untuk menjaga kelestariannya dan fungsinya di alam.